PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada pembahasan materi ini,Saya akan membahas mengenai senyawa dan sifat kelarutan garam dalam air.Seperti kita ketahui, bahwa garam sudah biasa kita dengar,bahkan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,terutama untuk memasak yang memberikan rasa asin pada masakan.Lalu bagaimana jika garam tersebut dicampurkan dengan air?garam jika dilarutkan dalam air tersebut pada suhu panas tertentu maka dapat melarutkan garam tersebut hingga tidak terlihat lagi wujud garam tersebut,melainkan sudah tercampur menjadi larutan garam.larutan garam tersusun dari berbagai unsur kimia yang menusun hingga terbentuknya partikel-partikel tersebut.
Suatu garam dianggap sebagai suatu senyawa ionik yang diperoleh
melalui reaksi netralisasi dalam air. Hasil pelarutan garam dapat
bersifat netral, asam atau basa.Jika suatu garam dilarutkan ke
dalam air maka garam akan terurai membentuk ion-ionnya, yang dapat
bergerak secara bebas di dalam larutan. Pada keadaan tertentu ion-ion
tersebut dapat berprilaku sebagai asam/basa, bergantung pada sifat
ion-ion yang terdapat dalam larutan.
Bentuk padat garam ini diperoleh melalui proses kristalisasi.Garam ini berasal dari asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH),sehingga termasuk garam netral.Karena hidrolisis garam netral tidak menghasilkan zat apapun, maka garam ini (NaCl) bisa dikonsumsi karena tidak mengubah keseimbangan asam basa di dalam tubuh.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Garam.
2. Pengertian Larutan
3. Hidrolisis Garam
4. Sifat-Sifat Larutan Garam
5. Sifat Koligatif Larutan
6. Menghitung PH Larutan Garam
3.Tujuan
• Mamahami apa itu larutan Garam
• Memahami hidrolisis yang terjadi pada garam
• Memahami sifat-sifat larutan garam
• Memahami koligatif larutan
• Dapat menghitung PH larutan garam
4. Sejarah Perkembangan Ilmu kimia
Ahli kimia pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691).Dalam hal ini Robert Boyle mendefinisikan bahwa unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi dua zat atau lebih melalui cara kimia.Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.
Untuk dapat dengan mudah mempelajari serta mengamati suatu unsur, dibuatlah sebuah table yang dinamakan tabel periodik unsur. Tabel periodik unsur ini ialah suatu tabel yang menggambarkan tentang unsur-unsur yang ada dalam kimia yang dibuat dalam bentuk tabel. Unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya yang bersifat kimia unsur tersebut berubah-ubah secara beraturan di sepanjang tabel. Setiap unsur itu didaftarkan berdasarkan nomor atom serta lambang unsurnya. Dalam tabel periodik unsur, unsur dikelompokkan ke dalam golongan dan periode berdasarkan kesamaan sifat. Golongan dalam tabel periodik disusun secara vertikal (dari atas ke bawah), sedangkan periode unsur disusun secara horizontal (dari kiri ke kanan).
Dalam reaksi kimia yang terjadi dalam larutan terdapat senyawa yang membentuk unsur tersebut.Hal ini dapat dillihat dari definisi dari Senyawa itu sendiri,yaitu suatu gabungan yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang bergabung secara kimia dengan perbandingan tertentu dalam setiap molekulnya. Senyawa itu dapat dituliskan dalam rumus kimia. Rumus kimia dari suatu senyawa dapat berupa rumus molekul dan rumus empiris.
Rumus molekul itu adalah suatu molekul yang ada dalam rumus kimia yang menyatakan suatu jenis serta jumlah atom yang dapat menyusun zat.
Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan suatu perbandingan terkecil atau jumlah dari atom-atom pembentuk senyawa.
Contohnya:
seperti n-heksana memiliki rumus yang molekulnya terdiri dari CH3CH2CH2CH2CH2CH3, yang menyatakan bahwa senyawa ini pasti punya struktur rantai lurus yang terdri dari masing-masing 6 atom karbon, dan 14 atom hidrogen. Dengan rumus molekul tersebut maka dapat disimpulkan bahwa formula kimia heksana adalah C6H14, sedangkan rumus empirisnya adalah C3H7 yang menunjukkan rasio C:H sebesar 3 : 7.
Sifat-sifat yang ada dalam senyawasenyawa itu ternyata mempunyai sifat-sifat tersendiri, berikut ini adalah sifat-sifat dari senyawa :
a. Senyawa itu dapat terbentuk apabila melalui suatu proses dari reaksi kimia
b. Komponen penyusun yang ada pada suatu senyawa pasti mempunyai suatu perbandingan tertentu yang sifatnya tentu saja itu tetap.(hukum Proust)
c. Senyawa itu tidak bisa dipisahkan dengan komponen penyusunnya kembali melalui reaksi fisika.
d. Senyawa itu dapat dikategorikan sebagai senyawa zat tunggal.
e. Mempunyai sifat-sifat tertentu yang berbedadengan unsur-unsur pembentuknya.perbandingan dua hidrogen dan satu oksigen
1.PENGERTIAN GARAM
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida(Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.
Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa. Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi tidak disebut sebagai garam. Contohnya adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein.
Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi, karena cairan dalam tubuh ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah airnya diuapkan.
Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain
1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 → NH4Cl.
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl → MgCl2 + H2
contoh unsur yang ada dalam garam :
NaCl, Ca(NO3)2, dan Al2(SO4)3
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO3)2(aq) Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
Al2(SO4)3(aq) 2Al3+(aq) + 3SO42-(aq)
Senyawa-senyawa Hipotesis
senyawa yang tidak stabil dan peruraiannya adalah :
Besi (III) iodida (2FeI3) 2FeI2(aq) + I2(s)
Tembaga iodida (2CuI2) 2CuI2(s) + I2(s)
Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
2. PENGERTIAN LARUTAN
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan garam termasuk ke dalam fase larutan yang berwujud cair . Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair.
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena,kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan.Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam.
Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 60 % garam dengan 40 % air disebut larutan garam karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan garam berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air).na,
Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol.
3. HIDROLISIS GARAM
Hidrolisis adalah istilah umum yang dipergunakan untuk menyebut reaksi suatu zat dengan air. Hidrolisis atau dalam bahasa Ingris disebut sebagai “Hydrolysis” berasal dari kata “hydro” artinya air dan “lysis” artinya peruraian. Sehingga hidrolisis bisa diartikan sebagai peruraian oleh air.
1. Hidrolisis parsial/sebagian (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya & pada hidrolisis sebagian hanya salah satu ion saja yang mengalami reaksi hidrolisis, yang ainnya tidak)
2. Hidrolisis total (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).
SIFAT-SIFAT HIDROLISIS GARAM
• Larutan garam bersifat netral
Basa konjugat dari asam kuat tidak memiliki afinitas terhadap proton dibandingkan dengan molekul air. Basa konjugat ini merupakan asam-asam kuat yang terdisosiasi sempurna di dalam pelarut air.
Garam-garam yang berasal dari kation basa kuat dan anion asam kuat tidak mengalami hidrolisis. Hal ini terjadi karena kation dan anionnya tidak bisa bereaksi dengan air (terdisosiasi sempurna dalam air). Sehingga tidak memiliki dampak terhadap [H+] maupun [OH-] ketika dilarutkan dalam air, sehingga larutan yang dihasilkan akan bersifat netral.
• Larutan garam bersifat basa
Garam-garam yang berasal dari kation basa kuat dan anion asam lemah, mengalami hidrolisis parsial. Hidrolisis parsial ini terjadi karena hanya anion dari asam lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan kationnya (yang berasal dari basa kuat) tidak bisa bereaksi dengan air. Sehingga hanya memiliki dampak terhadap [OH-] ketika dilarutkan dalam air, sehingga larutan yang dihasilkan akan bersifat basa.
• Larutan garam bersifat asam
Garam-garam yang berasal dari kation basa lemah dan anion asam kuat, mengalami hidrolisis parsial. Hidrolisis parsial ini terjadi karena hanya kation dari basa lemahnya saja yang dapat bereaksi dengan air, sedangkan anionnya (yang berasal dari asam kuat) tidak bisa bereaksi dengan air. Sehingga hanya memiliki dampak terhadap [H+] ketika dilarutkan dalam air, dan larutan yang dihasilkan akan bersifat asam.
Selain garam-garam diatas, masih terdapat garam lain dimana kedua ionnya dapat mempengaruhi pH larutan, seperti amonium asetat (NH4CH3COO) dan amonium sianida (NH4¬CN). Garam-garam tersebut bila dilarutkan ke dalam pelarut air akan terurai membentuk ion-ion (kation dan anion) yang keduanya dapat terhidrolisis. Sehingga garam-garam yang berasal dari anion asam lemah dan kation basa lemah akan mengalami hidrolisis total. Hidrolisis total dapat terjadi apabila kation dan anion penyusun larutan garam tersebut dapat bereaksi dengan air.
Ketika dilarutkan dalam air sifat larutan yang dihasilkan oleh garam-garam tersebut tergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan ionisasi basanya (Ka dan Kb).
Ka > Kb : bersifat asam
Ka < Kb : bersifat basa
Ka = Kb : bersifat netral
Garam dapat terbentuk dari :
1. Asam kuat dengan basa kuat
2. Asam lemah dengan basa kuat
3. Asam kuat dengan basa lemah
4. Asam lemah dengan basa lemah.
4. SIFAT LARUTAN GARAM
• Reaksi Anion dengan Air
Anion-anion
yang menghasilkan larutan alkali merupakan basa yang lebih kuat dari
air. Anion-anion tersebut merupakan basa konjugasi dari asam lemah dan
menstabilkan kesetimbangan, sebab anion-anion tersebut dapat menarik
proton dari molekul air. Akibat penarikan proton dari molekul air oleh
anion, meninggalkan sisa ion OH- yang menyebabkan larutan menjadi basa.
• Reaksi Kation dengan Air
Kation-kation
yang mengakibatkan larutan bersifat asam adalah kation yang mengandung
nitrogen seperti NH4+ atau kation logam dengan kemampuan polaritas
tinggi. Ion amonium dan semua kation lain yang menjadikan larutan
bersifat asam adalah asam yang lebih kuat dari air atau asam konjugat
dari basa lemah. Pada reaksi antara kation-kation dengan air, air
berperan sebagai akseptor proton/ suatu basa.
Reaksi
kation/anion dengan air dikenal sebagai hidrolisis. Dengan kata lain,
hidrolisis suatu ion adalah reaksi ion dengan air menghasilkan asam
konjugat dan ion hidroksida (pembentuk basa) atau menghasilkan basa
konjugat dan ion hidronium (pembentuk asam).
Tabel sifat larutan garam
No
|
Rumus Kimia Garam
|
Basa Pembentuk
|
Asam Pembentuk
|
Sifat Larutan
| |||
Rumus
|
Jenis
|
Rumus
|
Jenis
| ||||
1
|
NaCl
|
NaOH
|
Basa kuat
|
HCl
|
Asam kuat
|
Netral
| |
2
|
Na2SO4
|
NaOH
|
Basa kuat
|
H2SO4
|
Asam kuat
|
Netral
| |
3
|
NH4Cl
|
NH4OH
|
Basa lemah
|
HCl
|
Asam kuat
|
Asam
| |
4
|
(NH4)2S04
|
NH4OH
|
Basa lemah
|
H2SO4
|
Asam kuat
|
Asam
| |
5
|
Na2CO3
|
NaOH
|
Basa kuat
|
H2CO3
|
Asam lemah
|
Basa
| |
6
|
NaCH3C00
|
NaOh
|
Basa kuat
|
CH3COOH
|
Asam lemah
|
Basa
|
1. Ada, jenis asam dan jenis basa menentukan sifat garam yang terbentuk.
2. Kesimpulan:
• Apabila garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat maka sifat larutan garamnya netral.
• Apabila garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah maka sifat larutan garamnya asam.
• Apabila garam yang terbentuk berasal dari asam lemah dan basa kuat maka sifat larutan garamnya basa.
• Apabila garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah maka sifat larutan garamnya bisa bersifat netral, asam maupun basa tergantung pada harga ka dan harga kb.
Apabila larutan asam dan larutan basa dicampurkan maka akan menghasilkan garam dan air. Akan tetapi garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya.
Sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan
asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini
disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan air. Proses
larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis
(hidro yang berarti air dan lisis yang berarti
peruraian).
1. Garam yang berasal dari Asam Kuat dengan Basa Kuat Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis.
Contoh:
Larutan NaCl berasal dari basa kuat NaOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya Na+ dan OH-. Dan asamnya berasal dari asam kuat HCl terionisasi menjadi H + dan Cl - . Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
NaCl (aq) → Na + (aq) + Cl - (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
Cl - (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
Larutan Na2SO4 berasal dari basa kuat NaOH yang terionisasi sempurna membentuk Na+ dan OH- dan asamnya dari asam kuat H2S04 yang terionisasi sempurna membentuk 2H+ dan SO42- . Masing – masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
Na2S04(aq) → 2Na+ + SO42-
Na + (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
SO42- + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
Sehingga Kedua larutan ini bersifat netral, pH larutan ini sama dengan 7.
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Contoh :
Amonium klorida (NH4Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa lemah NH 3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan NH 3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - . Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari basa lemah dapat terhidrolisis.
contoh :
NH 4 Cl (aq) → NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) → NH 3 (aq) + H 3 O + (aq)
Reaksi hidrolisis dari amonium (NH4 + ) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3O + ) yang bersifat asam (pH<7).
Larutan (NH4)2S04 merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat H2SO4 dan basa lemah NH4OH. H2SO4 akan terionisasi sempurna membentuk 2H+ dan SO42. Sedangkan NH3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion SO42- berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari basa lemah dapat terhidrolisis.
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)
SO42-(aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) → NH 3 (aq) + H 3 O + (aq)
Kedua garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Sehingga larutan garam ini bersifat asam, pH < 7.
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air.
Contoh:
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3 COO - berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
Reaksinya sebagai berikut :
CH 3 COONa (aq) → CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
CH 3 COO - (aq) + H 2 O (l) → CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH3COO ) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH yang bersifat basa (pH > 7).
Larutan Na2CO3 terbentuk dari asam lemah H2CO3 dan basa kuat NaOH. H2CO3 akan terionisasi sebagian membentuk 2H+ dan CO32- . Anion CO32- berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
Na2CO3 (aq) → CO32-(aq) + 2Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l) (tidak terhidrolisis)
CO32- (aq) + H 2 O (l) → H2CO3 (aq) + OH - (aq)
Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH>7).
4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air. Contoh:
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH 4 CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4 + dapat terhidrolisis di dalam air.NH 4
CN (aq) → NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) + H 2 O → NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) + H 2 O (e) → HCN (aq) + OH - (aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb).
• Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat basa. Dan pH > 7.
• jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam. Dan pH < 7
• Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral. Dan pH = 7
Sifat – sifat larutan garam :
1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat, maka sifat larutan garamnya netral, sehingga pH = 7.
2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah, maka sifat larutan garamnya asam, sehingga pH < 7.
3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, maka sifat larutan garamnya basa, sehingga pH > 7.
4. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah, maka sifat garamnya bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb). Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat basa dan pH >7 .Jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam dan pH < 7.
Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral dan pH = 7.
Reaksi
dalam larutan
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a)
Eksoterm, yaitu proses
melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi
akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
turun.
b)
Endoterm, yaitu menyerap
panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan
energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
5. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang ditentukan oleh jumlah molekul atau
ion yang terdapat di dalam larutan. Sifat ini tidak ditentukan oleh jenis zat
yang terlarut, atau ukuran zat tersebut. Jadi dua hal yang mempengaruhi sifat
koligatif yaitu banyaknya zat terlarut di dalam larutan dan jenis pelarut apa
yang digunakan untuk melarutkan zat tersebut.
Sifat koligatif larutan ada 4 yaitu :
1.
Penurunan tekanan uap jenuh
Tekanan
uap jenuh adalah tekanan pada suhu tertentu akibat tekanan uap suatu larutan.
Untuk mempermudah pemahaman tentang pengertian tekanan uap jenuh kita anggap
semua zat menguap pada setiap saat, artinya pada suhu berapapun zat (terutama
zat cair) pasti akan menguap.
Contohnya
:
Botol
mineral yang sebagian isinya sudah kita minum, lalu kita diamkan, lama kelamaan
dinding botol bagian atas akan ada titik embun, semula sedikit, semakin lama
semakin rapat. Titik-titik uap yang mengembun di dinding botol akan mencapai
kerapatan tertentu, sampai seolah-olah tidak ada lagi air yang menguap, padahal
sebenarnya penguapan terus terjadi tetapi dibarengi dengan pengembunan. Keadaan
inilah yang disebut sebagai keadaan uap jenuh. Jika tekanan akibat uap jenuh
pada botol tersebut kita ukur dengan alat pengukur tekanan, maka angka hasil
pengukuran itulah yang disebut sebagai tekanan uap jenuh.
Jika
ke dalam botol mineral tadi kita larutkan gula atau garam atau sirup, kemudian
kita tunggu sampai keadaan uap jenuh, lalu kita ukur tekanannya, maka hasil
pengukuran akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari tekanan uap jenuh air
murni. Hal ini menunjukkan bahwa partikel zat terlarut akan menurunkan tekanan
uap jenuh. Kenapa terjadi penurunan tekanan uap jenuh? Hal ini dikarenakan
partikel-partikel pelarut murni yang akan menguap, terhalang oleh
partikel-partikel zat terlarut, sehingga hanya sedikit partikel pelarut yang
dapat menguap, sehingga tekanan yang dihasilkan juga sedikit.
2.
Kenaikan titik didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih atau suhu
dimana terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas). Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat
cair diukur pada tekanan 1 atm.
Contohnya :
Apabila kita merebus air dalam panci tertutup , maka
air tersebut akan mendidih saat tekanan uap dalam panci mencapai 1 atm, oleh
sebab itulah merebus air dalam keadaan tertutup lebih cepat mendidih dibanding
dengan keadaan terbuka.
Jadi,
kenaikan titik didih larutan merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu
pelarut disebabkan adanya zat terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti
bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan titik
larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah 100 C.
3.
Penurunan titik beku
Tahukah
kamu apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku? Kita tahu bahwa air murni
membeku pada suhu 0oC, dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan
gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan
0oC, melainkan akan turun dibawah 0oC, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan
titik beku”.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Contohnya :
Larutan
garam dalam air akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam alcohol akan memiliki
titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu
alcohol. Mengapa hal ini terjadi ? akan lebih mudah apabila dijelaskan dari
sudut pandang termodinamik sebagai berikut. Contoh, air murni pada suhu 0.
pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fase cair dan fase padat.
Artinya, kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fase cair dan fase padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain tingkat energi kedua fase adalah sama.
Artinya, kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fase cair dan fase padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain tingkat energi kedua fase adalah sama.
Besarnya
potensial kimia dipengaruhi oleh temperature, jadi pada suhu tertentu potensial
kimia fase padat atau fase cair akan lebih rendah daripada yang lain, fase yang
memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energi lebih disukai,
mislanya pada suhu 2 C fase cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah
dibandingkn fase padat sehingga suhu ini maka air cenderung berada pada fase
cair, sebaliknya pada suhu -1 C fase padat memiliki potensial kimia yang lebih
rendah sehingga pada suhu ini air cenderung berada pada fase padat. Apabila
kedalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita turunkan
sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka
perlahan-perlahan sebagian larutan akan berubah menjadi fase padat sehingga
pada suhu tertentu akan berubah menjadi fase padat secara keseluruhan . pada
umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fase cair dibandingkan dengan fase
padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan
mempertahankan fasenya dalam keadaan cair ,sebab secara energi larutan lebih
suka berada pada fase cair dibandingkan dengan fase padat, hal ini menyebabkan
potensial kimia pelarut dalam fase cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potensial
kimia pelarut dalam fase padat tidak terpengaruh. Maka akan lebih banyak energi
yang diperlukan untuk mengubah larutan menjadi fase padat karena titik bekunya
menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa
adanya zat terlarut akan menurunkan titik beku larutannya.
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekulmolekul pelarut ke dalam larutan secara spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat.
Membran semipermeabel adalah (membran yang hanya bisa dilewati oleh molekul-molekul pelarut, dan tidak bisa dilewati oleh zat terlarut).
-Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan hipotonis.
· -Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan hipertonis.
· -
Larutan-larutan
yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut larutan isotonis.
Reverse
osmosis/osmosis balik
Bila
tekanan yang diaplikasikan terhadap larutan adalah melebihi tekanan osmotiknya
maka yang terjadi adalah molekul air akan mengalir melewati membrane
semipermbel menuju ke air (pelarut) . osmosis balik banyak digunakan untuk
membuat air minum dari air laut dan mengurangi kesadahan air minum.
6. MENGHITUNG PH LARUTAN GARAM
1. pH larutan garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat bersifat netral sehingga nilai pH=7.
2. pH larutan garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah bersifat asam sehingga nilai pH berada di bawah 7. Untuk menghitung pH larutan garam ini maka kita harus tentukan dulu konsentrasi ion H+ dalam larutantersebut sebagai berikut.
Sehingga diperoleh pH larutan:
3. pH larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat bersifat basa sehingga nilai pH berada di di atas 7. Untuk menghitung pH larutan garam ini maka kita harus tentukan dulu konsentrasi ion OH- dalam larutan tersebut sebagai berikut.
Sehingga diperoleh pOH larutan:
Maka:
4. pH larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa lemah ditentukan sifatnya berdasarkan kekuatan asam lemah dan basa lemahnya (konstanta kesetimbangannya).
Secara umum konsentrasi ion H+ dalam suatu campuran asam lemah dan basa lemah adalah:
Sehingga pH dapat dihitung dengan:
KESIMPULAN
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.Garam jika dilarutkan dalam air tersebut pada suhu panas tertentu maka dapat melarutkan garam tersebut hingga tidak terlihat lagi wujud garam tersebut,melainkan sudah tercampur menjadi larutan garam.Larutan garam tersusun dari berbagai unsur kimia yang menyusun hingga terbentuknya partikel-partikel tersebut.
Suatu garam dianggap sebagai suatu senyawa ionik yang diperoleh
melalui reaksi netralisasi dalam air. Hasil pelarutan garam dapat
bersifat netral, asam atau basa.Jika suatu garam dilarutkan ke
dalam air maka garam akan terurai membentuk ion-ionnya, yang dapat
bergerak secara bebas di dalam larutan. Pada keadaan tertentu ion-ion
tersebut dapat berprilaku sebagai asam/basa, bergantung pada sifat
ion-ion yang terdapat dalam larutan.
larutan
= zat pelarut (solvent) + zat terlarut (solute).
Demikianlah materi pembahasan Saya tentang "larutan garan" ini,semoga bermanfaat.
Demikianlah materi pembahasan Saya tentang "larutan garan" ini,semoga bermanfaat.
Referensi
Brady, J.E. 1990.General Chemistry Principle and
Structure.New York : John Willey & Sons, Inc.
Lukman, C. et al (Ed) . 1995 .Oxford Ensiklopedi
Pelajar . Jakarta Widyadara.
Pettruci,Ralph .H .1992 .Kimia Dasar Prinsip dan
Tetapan Modern .Terjemahan Suminar .Jakarta :Erlangga
http://startsusilawatty.blogspot.com/2011/04/laporan-sifat-larutan-garam.html http://warung-kimia.blogspot.com/2011/11/sifat-larutan-garam-terhidrolisis.html
http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/hidrolisis-garam/ph-larutan-garam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_%28kimia%29
http://chayoy.blogspot.com/2012/04/makalah-hidrolisis-garam.html
http://helwatinnajwa93.blogspot.com/2012/03/kimia-larutan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar